Melalui Sekolah Lapang, Petani Dilatih Kendalikan Hama agar Tak Gagal Panen

Pengamatan hama penyakit, Hamidin, tengah menerangkan mengenai hama yang harus dikendalikan apabila populasinya di lahan melampaui ambang ekonomi. Namun, sebelumnya perlu dilakukan pengamatan

Metro Merauke – Intensitas serangan hama dan penyakit belakangan ditengarai menjadi salah satu pemicu menurunnya produktivitas hingga menyebabkan petani di Merauke, Papua Selatan mengalami gagal panen.

Menyikapi berbagai permasalahan sekaligus menjadi motivasi para petani agar tetap semangat bercocok tanam, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan, kembali membuka Sekolah Lapang (SL) 2023 yang dipusatkan di Distrik Tanah Miring.

Bacaan Lainnya

Setelah dibuka langsung Bupati Merauke, Romanus Mbaraka, Sabtu (12/08/2023), kegiatan Sekolah Lapang budidaya padi terpadu terus berlanjut. Petani diberikan kesempatan belajar dan menimba ilmu pertanian yang langsung diberikan para pakar-pertanian.

Pada pertemuan kali ini, Jumat (01/09/2023), melalui SL khusus membahas pengendalian hama.

Project Leader, Agustinus Yoga Priyanto menjelaskan, hama dan penyakit dapat memicu tanaman rusak, mengakibatkan produktivitas tanaman menurun hingga yang terburuk terjadinya gagal panen.

Hama, katanya, harus dikendalikan apabila populasinya di lahan melampaui ambang ekonomi. Namun, sebelumnya perlu dilakukan pengamatan.

“Petani juga diajarkan penanganan prefentif untuk pengedalian hama secara dini. Untuk persoalan ini, kita hadirkan Pengamat hama penyakit, Hamidin,” ujar Yoga Priyanto disela-sela kegiatan.

Ia menambahkan, hasil pengamatan diperlukan untuk menentukan pengendalian hama. Kemampuan memperkirakan populasi hama penyakit dengan belajar bagaimana menghitung sampel.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Merauke, Sukarmin

Dimana materi pembelajaran pengendalian hama dengan menerapkan prinsip budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh alami, pengamatan rutin atau pemantauan dan petani sebagai petugas pengendali hama tanaman.

Dijelaskan Yoga Priyanto, di sekolah lapang, petani mendapatkan berbagai ilmu yang sangat diperlukan untuk bercocok tanam demi peningkatan produksi petani.

“Ini SL pertemuan ke tiga. Sebelumnya, petani dilatih menganalisa air tanah dan padukan prakiraan cuaca untuk menentukan paket teknologi apa yang akan digunakan sehingga lebih efektif, hingga dilatih penggunaan benih serta pemupukannya,” terangnya.

Pertemuan SL masih akan dilanjutkan kebagian empat, kata Yoga, dengan melatih peserta melakukan pemupukan tahap dua dan perawatan tanaman hingga panen maupun pasca panen.

Diakui Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Merauke, Sukarmin mengaku senang, karena sekolah lapangan kembali digelar setelah sekian lama tidak pernah dilangsungkan pemerintah.

“Sekolah lapangan sangat besar manfaatnya. Petani banyak mendapatkan informasi dan berbagai ilmu pertanian yang baik,” kata Sukarmin.

Hal senada juga diungkapkan Ketua KTNA Papua Selatan, Ari Sigit Purnomo.

Mengetahui besarnya manfaat yang dirasakan petani, pihaknya berharap, kedepan Sekolah Lapangan tidak berhenti sampai disini. Bahkan, SL semestinya digelar juga di kawasan lainnya di Papua Selatan.

“Petani mengikuti Sekolah lapang secara langsung turun lapangan, ini merupakan metode yang tepat, karena daya sangkutnya jauh lebih baik. Jadi berbagai hal yang diberikan dalam SL lebih mudah dipahami dan diingat petani untuk nantinya diterapkan,” tandasnya. (Nuryani)

Untuk Pembaca Metro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *