Masata, Minta Pemprov Genjot Sektor Pariwisata Alam, Selamatkan Hutan Tersisa di Papua Selatan

potensi wisata alam yang sangat besar, digemari wisatawan asing berbagai negara

Metro Merauke – Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Indonesia Provinsi Papua Selatan, menyarankan pemerintahan daerah provinsi setempat agar memperhatikan sektor pariwisata, terlebih khusus wisata alam berbasis kearifan lokal yang berkelanjutan.

“Hal itu guna menyelamatkan hutan tersisa yang ada di wilayah Provinsi Papua Selatan agar tetap berkelanjutan untuk generasi Papua Selatan di masa yang akan datang,” ungkap Sekretaris Masata Papua Selatan, Ernes Broning Kakisina, Sabtu (14/6/2025).

Bacaan Lainnya

Dia menilai, sektor pariwisata alam berbasis kearifan lokal dapat menyelamatkan hutan, karena hutan Papua Selatan memiliki potensi wisata yang sangat besar dan sangat digemari wisatawan asing berbagai negara.

“Sebagian besar wisatawan asing yang datang berkunjung ke Papua Selatan hanya untuk menikmati keindahan hutan, kehidupan lokal masyarakat dengan tradisi adat dan budaya, serta melihat jenis-jenis satwa liar di hutan Papua Selatan terlebih khusus burung dan reptil,” kata Ernes.

Dikatakan, dari kunjungan wisatawan mancanegara tersebut, jasa sektor pariwisata itu hidup masyarakat adat pemilik destinasi atau kawasan hutan yang dikunjungi wisatawan memperoleh penghasilan untuk peningkatan ekonomi keluarga. Sehingga sudah pasti mereka akan menjaga hutan yang menjadi ‘piring makan’ mereka.

“Selain masyarakat pemilik kawasan hutan destinasi wisata, pemandu wisata, usaha jasa transportasi sampai pada porter pengangkut barang wisatawan memperoleh penghasilan dari industri pariwisata tersebut”.

Ernes menyebut, sektor wisata alam berbasis kearifan lokal di Papua Selatan sebenarnya sudah dikembangkan oleh dua pemandu wisata alam senior yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), diantaranya pemandu wisata senior Andreas Mahuze dan Bony Kondahon.

Ada beberapa kawasan hutan di Merauke, Mappi, dan Boven Digoel yang telah dikembangkan para pemandu wisata senior tersebut sebagai kawasan hutan destinasi wisata alam yang menjadi tujuan kunjungan wisatawan mancanegara.

Dalam kawasan hutan tersebut wisatawan dapat menikmati keindahan alam hutan, dapat menonton burung-burung endemik Papua seperti Cenderawasih, mambruk, kasuari, burung Raja udang endemik Merauke, kus-kus hutan, dan reptil terlebih khusus ular hijau endemik Papua.

Tidak hanya itu saja, di kawasan hutan destinasi wisata alam yang telah dikembangkan oleh para pemandu wisata tersebut juga wisata dapat menikmati atraksi wisata yakni kehidupan sehari-hari masyarakat seperti berburu dan pengelolaan sagu secara tradisional serta budaya lokal lainnya.

Ernes menjelaskan bahwa berdasarkan data yang dihimpun dari para pemandu wisata alam di Papua Selatan selama satu tahun terakhir sebanyak 128 wisatawan asing dari berbagai negara melakukan perjalanan wisata di hutan Papua Selatan, mulai dari Merauke sampai di Mappi dan Boven Digoel baik secara grup maupun perorangan.

“Paket wisata alam untuk kawasan hutan Papua Selatan bagi wisatawan mancanegara tersebut terbuka juga tidak murah dan merupakan kunjungan wisata bergengsi kelas dunia sehingga masyarakat kawasan hutan destinasi merasakan dampak dari kunjungan wisatawan tersebut,” ungkap Ernes.

Dikatakan bahwa potensi wisata alam di kawasan hutan Papua Selatan yang sudah berjalan ini, tidak pernah didukung oleh pemerintah baik provinsi maupun kabupaten yang ada. Bahkan SDM pariwisata terlebih khusus pemandu wisata di Papua Selatan masih jauh dari harapan.

Sektor pariwisata di Papua Selatan pun bukan menjadi prioritas bagi pemerintah daerah. Padahal sektor inilah yang bisa menyelamatkan hutan dan kearifan lokal manusia Papua Selatan dari ancaman kepunahan.

Sementara Ketua Masata Papua Selatan, Andreas Mahuze dan Wakil Ketua Bony Kondahon yang juga pemandu wisata senior Papua Selatan menyatakan, siap membantu, mendukung, serta mengaplikasikan pengalaman pengembangan wisata selama ini.

Apa bila pemerintah daerah menjadikan sektor pariwisata sebagai bagian dari program prioritas Pemprov untuk menyelamatkan hutan di Provinsi Papua Selatan. (Nuryani)

Untuk Pembaca Metro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *