Seruan Persatuan dalam Balutan Asa dari Bumi Anim Ha untuk Papua Selatan

Yohan Lamis Mahuse tengah berbicara di hadapan masyarakat di Distrik Okaba, Merauke

Metro Merauke – Di bawah langit senja Merauke, ketika mentari mulai kembali ke peraduan, di tengah keheningan yang menyimpan bara semangat, berdiri tegak Yohan Lamis Mahuse.

Sosoknya adalah perpaduan kokoh antara akar tradisi dan gelora perubahan. Sebagai Tokoh adat yang dihormati, suaranya adalah titah leluhur, bergaung di jantung Negeri Animha, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Bacaan Lainnya

Yohan Mahuse adalah aktivis politik yang gigih. Matanya menyimpan bara perjuangan untuk keadilan dan kemajuan. Sebagai Majelis Pelayan di Gereja Reformasi Papua Selatan, hatinya ibarat pelita, yang menuntun umat pada kedamaian dan harapan.

Malam itu, di hadapan berbagai elemen masyarakat adat yang berkumpul dengan wajah penuh harap, di tengah-tengah saudara-saudara dari berbagai penjuru Nusantara yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap Papua Selatan.

Diapit oleh para pemimpin paguyuban yang setia, Yohan Lamis Mahuse bersuara. Menggaungkan pentingnya menjaga persaudaraan, demi mewujudkan asa Papua Selatan yang lebih baik.

“Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, kita adalah satu. Satu tubuh yang mengalirkan darah kehidupan yang sama di bumi Papua Selatan ini. Kita adalah untaian sejarah yang tak terpisahkan, diikat oleh janji persaudaraan dan cita-cita yang luhur,” kata Yohan Mahuse.

Gema suaranya memecah keheningan, sarat akan ketulusan dan keyakinan yang membara. Angin malam meniupkan setiap kata yang diucapkan. Merasuk ke dalam hati setiap pendengar.

Mereka tahu, Yohan Lamis Mahuse tidak sedang menyampaikan retorika kosong. Setiap ucapannya adalah cerminan dari perjalanan panjang, dari pergumulan dan harapan yang sama.

“Kini, lembaran baru telah terbuka di hadapan kita. Pemerintahan baru telah hadir, di bawah kepemimpinan Bapak Gubernur Prof.DR.Ir.Apollo Safanpo,ST.,MT dan Bapak Wakil Gubernur Paskalis Imadawa. Mereka adalah nahkoda yang dipercaya untuk membawa bahtera Provinsi Papua Selatan menuju samudra kesejahteraan,” lanjutnya dengan tatapan mata yang penuh harap.

Suasana menjadi hening seketika. Angin pun seakan berhenti berhembus. Setiap pasang mata tertuju pada sosok kharismatik itu. Mereka merasakan getaran harapan yang sama, kerinduan akan perubahan nyata.

“Mari kita satukan langkah, saudara-saudaraku! Mari kita berikan dukungan sepenuhnya kepada pemimpin-pemimpin kita. Ulurkan tangan, bahu membahu, dalam mewujudkan cita-cita mulia akan kesejahteraan rakyat di tanah Papua Selatan ini. Pembangunan yang akan mereka torehkan adalah jalan menuju masa depan yang Lebih gemilang bagi kita semua.”

Suaranya meninggi, penuh semangat namun tetap mengandung kelembutan seorang gembala. “Kita dukung setiap kerja keras mereka, setiap kebijakan yang berpihak pada kemajuan dan kemakmuran. Karena di pundak merekalah harapan kita titipkan dan impian kita digantungkan,” tuturnya.

Di bawah rembulan yang bersinar samar, kata-kata Yohan Lamis Mahuse bagai mantra yang mengikat hati. Membangkitkan semangat yang terpendam dalam sanubari.

Ia mengingatkan akan esensi persatuan, akan kekuatan gotong royong, dan akan pentingnya memberikan kepercayaan kepada para pemimpin yang telah dipilih.

Malam itu, di tanah Anim Ha, tanah yang diberkati leluhur, seruan persatuan dan dukungan bergema, membawa harapan baru bagi masa depan yang lebih baik. (Catatan kecil di dusun dari muara Kali Bian/ YLM)

Untuk Pembaca Metro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *