Pemuka Agama Papua: Lukas Enembe Menjalani Hukum Tabur-Tuai 

Gembala Jemaat dari Gereja Injili Seutuh Internasional di Jayapura, Pastor Catto Y Mauri, S.Th

Metro Merauke – Masyarakat Papua terus menantikan langkah nyata Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangani perkara dugaan gratifikasi Gubernur Papua, Lukas Enembe. 

Sejak tiga bulan lalu, orang nomor satu di Papua itu ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Lembaga antirasuah itu telah memeriksa Lukas Enembe di rumah kediamannya di Koya, Distrik Muaratami, Kota Jayapura awal November 2022.

Bacaan Lainnya

Namun pemeriksaan dihentikan sementara dengan alasan kondisi kesehatan Lukas yang belum sepenuhnya pulih dari sakit.

Perkembangan terkini, dua pengacara Lukas telah dipanggil KPK sebagai saksi terkait dugaan gratifikasi yang disangkakan kepada kliennya.

Mengamati perkembangan itu, Gembala Jemaat dari Gereja Injili Seutuh Internasional di Jayapura, Pastor Catto Y Mauri, S.Th meminta semua pihak harus legowo, terbuka, dan dengan rendah hati melihat KPK sebagai alat Tuhan untuk menyampaikan apa yang baik.  

“Pak Lukas dan tim tidak usah takut, ada Tuhan. Tapi sebaliknya, waktu kita salah, kita harus siap juga. Ada Tuhan juga yang akan menghukum, kita tidak bisa sembunyi. Kita tidak bisa lari kemana-mana karena ada Tuhan yang akan kontrol kita,” kata Pastor Catto di Waena, Jayapura pada Sabtu (19/11/2022).

Pastor Catto yang merupakan pendiri Lembaga Pengembangan Generasi (Lempeng) Papua ini mengatakan, apabila dilihat dari aspek rohani, apa yang sedang dialami Gubernur Papua kini merupakan hukum tabur-tuai.

“Saya harap ini jadi pelajaran tapi juga hal yang berikut bagi saya pribadi, apa yang sedang terjadi dengan Pak Lukas ini juga apa yang Alkitab bilang Hukum Tabur-Tuai,” tegas Pastor Catto.

Pastor Catto menyebut, pada Maret 2022 yang lalu, Lukas dan tim melaporkan Bupati Mamberamo Tengah, Papua, Ricky Ham Pagawak (RHP) ke KPK. 

KPK kemudian menetapkan RHP sebagai tersangka dugaan suap dan gratifikasi berbagai proyek di Kabupaten Mamberamo Tengah. RHP pun kni masih menjadi buronan KPK.

“Pak RHP dan Pak Lukas sama-sama dari GIDI (Gereja Injili di Indonesia), sama-sama dari Tolikara, sama-sama pemimpin dari gunung. Saya kira ini waktunya. Waktu kita bisa lapor orang lain, kita harus siap untuk dilaporkan. Ukuran yang kita pakai untuk mengukur orang, ukuran itu pula akan diukurkan kepada kita,” kata Pastor Catto.

Ia mengapresiasi langkah-langkah yang sudah dilakukan KPK, dalam memerangi tindak pidana korupsi di Papua. KPK dinilainya sudah melakukan hal yang sepatutnya terhadap Lukas. Apalagi KPK telah mempertimbangkan kondisi kesehatan Lukas, kendati ia sudah berstatus tersangka.

“Mungkin orang di luar tidak tahu bahwa Pak Lukas memang sedang sakit, beliau memang sedang sakit. Dan dengan KPK datang melihat dari dekat, itu betul, jadi ini ada dua sisi yang berbeda.”

“Satu sisi kemanusiaan, beliau sedang sakit jadi mungkin akan menunggu waktu yang tepat untuk diperiksa. Tapi sisi yang lain juga, sebagai anak Tuhan, sebagai pemimpin di Papua, beliau (Lukas) harus menjalani pemeriksaan sebagai bentuk pertanggung jawaban,” ucap Pastor Catto.

Katanya, menjadi pemimpin di Bumi Cenderawasih tidak mudah. Butuh konsentrasi yang sangat luar biasa. Tidak hanya Lukas Enembe, juga orang-orang di sekitar Lukas harus bekerja penuh konsentrasi.  

“Bukan saja sosok atau pribadi Pak Lukas saja, tapi siapa di pinggir beliau, pembisik-pembisik di sekitar beliau. Banyak pemimpin di negara-negara besar yang jatuh karena pembisik,” sebut Pastor Catto. 

Kepada Lukas dan para pembisiknya, Pastor Catto mengimbau untuk senantiasa takut akan Tuhan. Karena orang yang takut akan Tuhan, sudah pasti tidak melakukan korupsi. Tidak akan mengambil apa yang bukan haknya.

Sebab, prinsip Alkitab adalah orang yang takut Tuhan, dia tidak mengambil yang bukan miliknya. 

“Kan sepuluh Hukum Tuhan bilang, jangan mengingini barang orang, apalagi barang orang banyak, itu tidak boleh. Seorang pemimpin jangan mengambil barang milik orang banyak. Apalagi kepala daerah sudah pasti itu dilarang. Ada janda, duda, yatim piatu yang susah, yang harus ditolong,” kata Pastor Catto. (Redaksi/Arjuna)

Untuk Pembaca Metro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *