Program Uang Tunai Bagi Setiap KK, Romanus Mbaraka: Saya ‘Arsitek’ APBD Yang Lahirkan Gerbangku
Metro Merauke – “Ada yang bilang dari mana saya bisa dapatkan uang untuk turunkan kepada masyarakat? Saya ini ‘arsitek Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang melahirkan atau mencetuskan Program Gerakan Pembangunan Kampungku (Gerbangku) ketika menjadi bupati periode 2011-2016. Jadi apa yang saya omong, pasti tindaklanjuti. Karena saya sudah hitung uang yang akan jatuh ke tangan rakyat. ”
Penegasan itu disampaikan calon Bupati Merauke, Drs. Romanus Mbaraka, MT ketika melakukan kampanye terbatas dihadapan puluhan masyarakat di Kampung Imbuti Senin (19/10). “Saya meminta dukungan serta doa dari masyarakat Marind-Buti 9 Desember 2020, jangan lupa coblos nomor 3, pasangan Romanus Mbaraka-H. Riduwan,” pintanya.
Di surat suara, lanjut Romanus, ada tiga calon dan yang berambut keriting- kulit hitam, hanya Romanus Mbaraka. Jadi begitu buka surat suara, langsung tusuk nomor urut tiga. Karena menyangkut harga diri sebagai orang Marind.
“Tuhan sayang saya bersama Pak H. Riduwan terpilih, semua program yang disampaikan dalam kampanye, akan dilaksanakan. Jika ada yang mengatakan saya tipu, mari kita taruhan,” katanya.
Khusus program pemberdayaan, demikian Romanus, dirinya akan menurunkan uang kepada masyarakat, namun melalui kelompok 50. Selanjutnya uang dimaksud diberikan langsung kepada setiap kepala keluarga.
“Kenapa program itu saya lahirkan, karena begitu saya turun dari bupati, kehidupan masyarakat sangat susah dan sulit mendapatkan uang. Olehnya, melalui program pemerdayaan tersebut, orang kecil bisa memegang uang sekaligus dapat dimanfaatkan untuk suatu usaha,” ujarnya.
Program lainnya yakni sekolah keterampilan. Dimana mengirim anak-anak tamatan maupun putus sekolah baik dari jenjang SMP-SMA hingga perguruan tinggi (PT) untuk belajar di Jawa tentang computer, akuntansi, otomotif dan lain-lain sekaligus mendapatkan sertifikat.
“Setelah pulang, mereka yang memiliki sertifikat otomotif (mesi) bisa diberikan modal membuka bengkel. Sedangkan yang mengantongi sertifikat akuntansi maupun computer, bekerja di perusahan-perusahan di Merauke,” ungkapnya.
Selama ini, katanya, banyak anak Papua tak bisa diterima di perusahan lantaran kalah bersaing dan belum memiliki keterampilan, termasuk sertifikat. (LKF)