Metro Merauke – Pernyataan seorang tokoh masyarakat Merauke yang meminta aparat kepolisian mengusut rumor warga eks transmigrasi diintimidasi pemilik ulayat di Distrik Jagebob, ditanggapi seorang inteketual Marind, Antonius Kaize.
Berpendapat, tokoh tersebut mestinya bercermin diri. Permintaan tokoh itu agar polisi memproses hukum pemilik ulayat dinilai terkesan lucu.
“Lucu ketika membaca statement tokoh tersebut. Tak perlu saya sebutkan namanya, tetapi semua orang sudah mengetahui identitasnya,” ungkap Antonis Kaize kepada Metro Merauke Jumat (4/12).
Ia mempertanyakan mengapa rakyat kecil (pemilik ulayat) mesti diperiksa. Seharusnya tokoh itu sadar diri kalau sedang bermasalah hukum.
“Tidak perlu berkoar-koar karena nanti ditertawakan. Saya justru kembali mempertanyakan, kenapa sehingga bukan hukum itu ditegakkan kepada tokoh dimaksud,” ujarnya.
Negara kata Antonius, jangan diskriminatif dalam melakukan penegakan hukum. Semua warga negara memiliki kedudukan sama di mata hukum. Hukum jangan tajam kepada rakyat, tetapi tumpul kepada tokoh yang bersangkutan.
Antonius justru kembali memgingatkan tokoh tersebut agar santun dalam berpolitik dan melihat semua peristiwa dengan pola berpikir baik. Rakyat kecil melakukan sesuatu, jangan divonis salah. Salah benar antara orang pintar dan masyarakat berbeda.
Ia mengatakan, langkah empat marga di Distrik Jagebob meminta warga eks transmigrasi mencoblos nomor 3, pasangan Drs. Romanus Mbaraka, MT-H. Riduwan tentu ada latar belakangnya.
Visi-misi Romanus-Riduwan dinilai lebih baik dan akan membantu kehidupan mereka lima tahun kedepan. Apalagi ketika pasangan ini terpilih, perusahan pengolahan umbi-umbian di Jagebob akan beroperasi. Kini bangunannya sudah ada, tinggal difungsikan. (LKF/Arj)