Metro Merauke – Pada 12 Februari 2025, Kabupaten Merauke merayakan hari jadinya ke-123 tahun.
Jika melihat ke belakang untuk mengenali wajah pembangunan yang kini menjadi ibu kota Provinsi Papua Selatan, bagaimana bisa dilihat para pemimpin dari masa ke masa, membangun Merauke dengan program kerjanya masing-masing, bagaimana orientasi pembangunan yang membentuk wajah Merauke pada hari ini.
Kabupaten Merauke yang tersohor dengan julukan sebagai ‘Istana Damai’, terus bergeliat dalam pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki.
Namun tak terpungkiri, kemiskinan, ketimpangan ekonomi hingga masalah sumber daya manusia orang asli Papua, khususnya orang Marind terus menjadi PR besar bagi pemerintah di tengah kelimpahan sumber daya seperti pertanian, peternakan, dan perikanan kelautan yang dimiliki daerah ini.
Bupati Merauke, Romanus Mbaraka memiliki catatan tersendiri akan perjalanan Merauke yang kini genap 123 tahun.
Dalam refleksi singkat Bupati Romanus Mbaraka mengakui, kemajuan pembangunan di Merauke hingga kini masih tak sebanding dengan kemajuan SDMnya.
Secara parsial, kata Romanus, kalau dari aspek ruang pertumbuhan insfratruktur dan fasilitas pembangunan, Merauke memang terlihat tumbuh.
“Tapi, untuk aspek pertumbuhan orang Marind sebagai pemilik tanah ini (Merauke), harus diakui, mereka tidak tumbuh,” ucapnya.
Ia mencontohkan dan hal itu dinilai paling mencolok sebagai indikator SDM lokal tidak tumbuh. Dimana disepanjang ruas jalan di Merauke sudah tidak terlihat lagi adanya lagi tanah yang dihuni orang Marind.
“Yang terjadi ruang semakin hilang dan manusia pun semakin hilang. Harusnya, ruang boleh hilang tetapi orang Marind tetap tumbuh,” kata Mbaraka.
Romanus berharap, refleksi kritis darinya sekaligus menjadi catatan penting bagi estafet kepemimpinan pemerintahan kabupaten Merauke, diharapkan kedepan dapat memberikan proteksi terhadap persoalan tersebut kedepannya.
Sehingga harapan memajukan Merauke yang lebih baik dapat terwujud. (Nuryani)