Metro Merauke – Kondisi suhu udara dingin di tengah musim kemarau tengah terjadi di Indonesia, termasuk di wilayah Merauke, Papua Selatan.
Menurut Bagian Prakirawan BMKG Merauke, Yunita, fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau. Fenomena ini berkaitan dengan dinamika atmosfer.
Yunita menjelaskan, saat ini kondisi cuaca di Australia yang sedang mengalami musim dingin mempengaruhi kondisi suhu udara di Merauke.
Hal ini dapat dilihat, sambungnya, dari arah angin yg terpantau saat ini bergerak dari arah Tenggara, yang mana berarti angin dari Australia masuk ke Selatan Papua.
“Massa udara dari Australia ini bersifat kering sehingga mengurangi asupan uap air di wilayah Merauke,” terang Yunita, Rabu (17/07/2024).
“Hal ini menyebabkan cuaca dominan cerah hingga cerah berawan di merauke. Sedangkan pada malam hari, cerah, dimana cakupan awannya sedikit menyebabkan radiasi bumi mudah terlepas ke atmosfer sehingga suhu udara menurun yang kita rasakan udara cukup dingin,” katanya.
Yunita menyebut, kondisi ini normal terjadi di Merauke pada musim kemarau terutama pada puncak musim kemarau sekitar Bulan Juli hingga Oktober.
Selain itu, BMKG juga menegaskan bahwa, fenomena suhu udara dingin di tengah musim kemarau kali ini tidak berkaitan dengan fenomena Aphelion.
Yunita menjelaskan, Fenomena Aphelion adalah fenomena astronomis biasa dimana jarak bumi dan bulan pada jarak yang terjauh karena rotasi bumi tidak benar-benar bulat melainkan oval.
Untuk pengaruhnya ke bumi tidak ada yg signifikan, hanya saja posisi Aphelion ini bertepatan dengan terjadinya musim kemarau di indonesia, dimana angin monsun Australia aktif, cuaca pada sepanjang hari dominan cerah sehingga suhu cenderung panas pada siang hari dan dingin di malam hari.
“Jadi yang menyebabkan suhu dingin bukan satu-satunya karena Aphelion, melainkan variabilitas cuaca dan iklim yang terjadi di sekitar kita,” terangnya. (Nuryani)