46 Orang Meninggal Akibat Konflik Bersenjata di Papua Selama 2021

Kapolda, Irjen Pol Mathius D Fakhiri

Metro Merauke – Sebanyak 46 orang meninggal dunia dalam konflik bersenjata di Papua selama 2021.

Korban berasal dari warga sipil sebanyak 19 orang, prajurit TNI 11 orang, anggota Polri empat orang dan kelompok kriminal bersenjata (KKB) 12 orang.

Bacaan Lainnya

Jumlah korban ini berdasarkan catatan Polda Papua yang disampaikan Kapolda, Irjen Pol Mathius D Fakhiri dalam refleksi akhir tahun di kediamannya, Kamis (23/12/2021).

Kapolda Papua mengatakan, warga sipil dan aparat keamanan yang menjadi korban sepanjang tahun ini karena aksi KKB. 

Aksi KKB terjadi di berbagai wilayah Papua, di antaranya Intan Jaya, Yahukimo, Nduga, Pegunungan Bintang dan Puncak.

“12 anggota KKB tewas saat kontak senjata dengan aparat keamanan. Dari 92 kasus menonjol yang dilakukan KKB tahun ini, juga menyebabkan korban luka dari kalangan anggota Polri dan warga sipil,” kata Mathius D Fakhiri.

Menurutnya, warga sipil yang luka akibat ulah KKB sebanyak 11 orang dan anggota Polri tiga orang.  

“Di sisi lain, ada 27 orang anggota KKB di Kabupaten Kepulauan Yapen kembali ke pangkuan NKRI,” ujarnya.

Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyatakan, dalam penanganan KKB, ia memerintahkan anggota Polri di jajaran Polda Papua menahan diri. Mengedepankan langkah persuasif.

Katanya, strategi ini terbilang cukup baik. Sebab, setelah aparat kepolisian menahan diri kasus yang ditimbulkan KKB terbilang bekurang.

“Kalau kami TNI/Polri menahan diri, mereka juga tidak melanjutkan aksinya. Makanya pada akhir akhir tahun ini aksi mereka tidak terlalu massif. Berbeda pada akhir 2020 dan awal 2021,” ucapnya.

Ia menambahkan pada 2022 mendatang, TNI/Polri telah sepakat lebih mengedepankan langkah persuasif dalam penanganan KKB. Tidak akan ada pengejaran terhadap kelompok ini. 

Aparat keamanan akan lebih soft approach policing, pendekatan lebih manusiawi ke masyarakat agar dapat mensejahterakan rakyat, khususnya orang asli Papua.

“Kami akan pemisahkan mana masyarakat, dan mana kelompok bersebrangan. Namun ini memang tidak mudah,” katanya. (Arjuna)

UNTUK PEMBACA METRO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *