Metro Merauke – Sekretaris Fraksi Bangun Papua di DPR Papua, Alfred Fredy Anouw menilai aparat keamanan dari luar yang baru ditugaskan di Papua, perlu adaptasi dengan karakter dan pola hidup warga, di mana mereka ditugaskan.
Ia mengatakan, aparat keamanan dari luar Papua mesti belajar kepada anggota TNI-Polri yang sudah lama bertugas di provinsi tertimur Indonesia itu.
Sebab menurutnya pada masa dulu, warga asli Papua terutama di wilayah pegunungan, hidup berdampingan dengan aparat keamanan yang bertugas di sana.
“Pada masa lalu, warga Papua dan aparat keamanan menjadi teman berbagai cerita. Hidup saling melengkapi. Warga selalu berbagi hasil kebunnya dengan aparat keamanan,” kata Fredy Anouw awal pekan ini.
Kata politikus Partai Garuda itu, begitupun aparat keamanan mereka sering memberikan kebutuhan pokok kepada warga sekitar tempat tugasnya. Tak jarang memberikan uang. Kedua pihak hidup rukun dan harmonis.
Pada masa itu, warga merasa nyaman karena aparat keamanan tidak pernah membawa senjata api ketika berada di areal publik. Mereka selalu menyapa warga dengan kehangatan.
“Mereka tidak pernah menuduh atau mencurigai orang yang membawa panah, parang, tombak atau kapak sebagai TPNPB dan OPM. Tidak menuduh atau mencurigai orang berambut gimbal sebagai OPM dan lainnya,” ujar Alfred.
Akan tetapi lanjutnya, situasi itu telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Aparat keamanan yang bertugas di Papua kini, terutama yang berasal dari provinsi lain dianggap tidak memahami karakter dan pola hidup warga di wilayah tugasnya.
“Orang bawa parang, kapak dan lainnya ke kebun dibilang OPM dan dibunuh. Orang bawa anak panah atau tombak untuk berburuh di curigai opm. Mestinya mereka pahami dulu pola hidup masyarakat Papua,” ucapnya. (Arjuna)